Adegan ini tidak bisa direkayasa dan benar-benar terjadi !!!
Sebagaimana senjata ( jarum atau kawat stainles) bisa ditusukkan ke
kulit hingga tembus.
Melihat seramnya gambar di atas, maka Anda pasti bertanya tanya ??
Bagaimana orang bisa melakukan atraksi seperti itu ?? Bagaimana mungkin
orang bisa menahan rasa sakit yang amat sangat ketika ditusuk oleh jarum
dan kawat stainless yang sangat banyak menembus kulit mereka ?? Apakah
mereka menggunakan ilmu ghaib ??
Sesungguhnya semua orang mempunyai kemampuan untuk melakukan atraksi seperti terlihat pada gambar di atas. Rahasianya adalah bagaimana seseorang mengendalikan rasa sakit yang dialaminya atau dengan memusatkan konsentrasi pada hal lain yang bisa mengalihkan rasa sakit.
Pada atraksi menusukkan jarum atau kawat stainless pada kulit
hingga tembus selain latihan yang bersifat teknis dan fisik seseorang
harus menguasai metode “menguasai” rasa sakit yang dialaminya.
Ada teori psikologi yang akan menjelaskan bagaimana konsentrasi
akan mempengaruhi pada seluruh sistem yang ada dalam tubuh kita, seperti
syaraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan, otot-otot, kelenjar,
reproduksi dan lain-lain.
Dalam tarikh (sejarah) Islam seorang sahabat Nabi Muhammad saw yang
bernama Sayyidina Ali pernah terkena panah dalam suatu peperangan,
kemudian beliau meminta panah tersebut dicabut tatkala khusyuk
konsentrasi menjalankan shalat…Ternyata waktu dicabut tidak terasa sakit
atau ketika Umar Bin Khattab ketika sedang shalat ditombak oleh
musuhnya namun tetap melanjutkan shalat hingga seolah-olah tidak
merasakan sakit. Penjelaskan fenomena ini dengan gate system theory,
menurut teori ini rangsang yang masuk ke dalam otak dapat dihambat oleh
rangsang lain, dalam kasus ini adalah konsentrasi khusyuk dalam shalat.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa konsentrasi penuh dalam shalat
(khusuk), yaitu hanya mengingat Allah SWT atau konsentrasi pada satu
titik (dalam hal ini shalat) akan menutup rangsangan sakit yang akan
terbawa ke otak.
Jadi pada kasus orang yang seolah-olah bisa menahan rasa sakit
ketika ditusuk hal ini dapat terjadi karena pemain debus itu bisa
menutup rangsangan rasa sakit yang akan terbawa ke otak dengan
berkonsentrasi mengarahkan fikirannya pada satu titik sehingga karena
sebab pemusatan tersebut mampu “mematikan” rasa sakit.
Alvan Goldstein telah menemukan semacam morfin alamiah yang ada
pada diri manusia, yaitu dalam otak manusia yang disebut endogegonius
morphin atau yang sering disingkat dengan endorphin/endorfina dan
enkafalina yang dihasilkan oleh kelenjar pituitrin di otak ternyata
mempunyai efek yang mirip dengan opiat (candu), sehingga disebut “opiat
endogen”. Zat yang mirip dengan morfin yang dihasilkan oleh tubuh
manusia dengan rumus kimia C17H19N03 disebut endofina dan encephalina
yaitu yang dihasilkan oleh kelenjar hipofese di otak. Berdasarkan
keterangan beberapa ahli ini dapat disimpulkan bahwa dalam diri manusia
telah mempunyai zat semacam morfin yang memiliki fungsi kenikmatan
(pleasure principle).
Dengan shalat secara khusyuk dan bisa berkonsentrasi dengan baik
maka akan menstimulir kelenjar pituitrin atau kelenjar hifofise di otak
untuk mengeluarkan dan mengaktifkan endogegonius morphin sehingga secara
fisiologis sewaktu shalat khusyuk kita benar-benar terasa sangat
nikmatnya hingga tidak merasakan lagi rangsangan dari luar.
Kisah lain adalah kisah para wanita di zaman Nabi Yusuf AS. Karena
terpesona dan sangat khusyuk menikmati ketampanan Nabi Yusuf AS para
wanita tersebut tidak menyadari bahwa pisau yang digunakan untuk
mengupas buah telah meleset mengenai jari jemari mereka hingga berdarah.
Suatu contoh kecil, saya (Perdana Akhmad) pernah sewaktu masih
duduk di bangku SD memancing ikan di sungai saking khusyuk dan
konsentrasinya memancing, saya sama sekali tidak menyadari ketika
memindahkan kaki, jempol kaki saya terkait mata pancing hingga menembus
kaki saya. Saya saat itu sama sekali tidak merasakan sakit ketika mata
pancing itu menembus jempol kaki kecuali hanya merasakan sesuatu benda
telah masuk dan menembus jempol kaki. Ketika mata pancing itu telah
menembus jempol kaki saya, saya pun merasa tidak terlalu sakit melainkan
hanya merasakan jempol saya itu terasa tebal dan terasa kesemutan.
Selain itu dalam “mengandalikan” rasa sakit diperlukan adanya tehnik auto sugesti[1]
pada diri kita. Kami beri contoh pada bacaan-bacaan dalam shalat berisi
hal-hal yang baik, berupa pujian, mohon ampunan, doa maupun permohonan
yang lain. Hal ini sesuai dengan arti shalat itu sendiri, yaitu shalat
berasal dari bahasa Arab berarti doa mohon kebajikan dan pujian. Hal ini
didukung oleh De Porter dan Hernacki dalam bukunya Quantum Learning
yang menyebutkan bahwa konsep ini berasal dari konsep. Dr. Georgi
Lozanov yang melakukan eksperimen yang disebut sugestology atau
sugertopedia yang pada prinsipnya bahwa sugesti dapat dan pasti
mempengaruhi hasil situasi belajar.

Jadi dengan kita shalat kita memberikan efek mensugesti diri
sendiri untuk menjadi lebih baik karena kita terus mengulang-ulang doa,
permohonan dalam shalat yang akan masuk ke dalam alam bawah sadar kita
untuk bisa berikhtiar atau berusaha agar cita-cita yang kita inginkan
tercapai karena ridho dan pertolongan Allah.
Pada kasus orang yang seolah-olah bisa menahan rasa sakit ketika
ditusuk hal ini dapat terjadi karena pemain debus itu telah mensugesti
dirinya dengan ucapan-ucapan “keyakinan” yang diulang-ulang hingga masuk
pada alam bawah sadar[2]
,
sehingga ketika pada saat atraksi pemain debus walaupun merasakan sakit
ketika jarum atau kawat stainless menembus kulitnya tetapi sebagai
akibat dari kuatnya dia mensugesti diri sendiri dia dapat menahan bahkan
“menikmati” rasa sakitnya. Pada kasus atraksi debus ini, bisa saja
ketika ditusuk hingga tembus bukanlah berarti ia tidak merasakan sakit
sama sekali melainkan karena mentalnya telah siap maka rasa sakit tidak
dihiraukannya.

Hal ini dapat juga dilihat pada fenomena kaum syi’ah di Iran ketika
memperingati wafatnya Ali mereka melakukan prosesi melukai diri sendiri
dengan berbagai macam senjata tajam hingga tubuh mereka berlumuran
darah. Atau ketika masyarakat Kristen di Philiphina merayakan
meninggalnya Yesus Kristus ditiang salib, beberapa dari mereka melukai
diri sendiri dengan cara tangan atau kaki mereka dipaku sampai tembus
sembari kepala mereka dihiasi mahkota duri tanaman mereka dicambuki
hingga berdarah-darah di tiang salib. Fenomena ini karena sebab mereka
telah mensugesti diri mereka sendiri secara berulang-ulang[3]
,
hingga terbentuk keyakinan yang sangat kuat yang masuk dalam alam bawah
sadar mereka yang membentuk pribadi yang berani melukai diri sendiri
bahkan menikmati rasa sakit yang mendera mereka.

Adapun tehnik yang biasa dilakukan pemain debus dalam menusuk kulit hingga tembus adalah :
1. Terus belajar berkonsentrasi dengan baik.
2. Sebelum melakukan atraksi sering melakukan tehnik auto sugesti.
3. Mensterilkan alat tusuk (jarum atau kawat stainless) dari kuman atau bibit penyakit dengan mencucinya ke dalam larutan alkohol.
4. Ketika menusuk, janganlah ragu-ragu !! Tusuklah pada bagian kulit yang tebal dan hindari terkena tulang atau organ bagian dalam tubuh yang fital ( dengan kata lain hanya menembus kulit dan daging saja).
5. Usahakan ketika menusuk dengan kecepatan yang tinggi untuk meminimalisir rasa sakit (jika sudah sering melakukannya, terbiasa dan berpengalaman menusukkannya bisa saja dengan gerakan lambat).
6. Ketika kulit sudah tertembus yakinlah bahwa rasa sakit pada saat kulit sudah tertembus tidaklah sesakit ketika baru ditusukkan ( persamaan yang mudah adalah pada saat kita melakukan donor darah, ketika jarum masuk ke dalam kulit rasanya akan sakit. Namun ketika jarum tersebut sudah berasa dalam kulit maka rasanya hanya seperti ketika digigit semut kecil saja).
7. Ketika akan menarik kembali jarum atau kawat yang menembus kulit kita, tariklah dengan secepat mungkin untuk meminimalisir rasa sakit.
8. Bersihkan dan obati luka dengan mengusapnya dengan alkohol atau memberi antiseptik untuk mencegah infeksi.
2. Sebelum melakukan atraksi sering melakukan tehnik auto sugesti.
3. Mensterilkan alat tusuk (jarum atau kawat stainless) dari kuman atau bibit penyakit dengan mencucinya ke dalam larutan alkohol.
4. Ketika menusuk, janganlah ragu-ragu !! Tusuklah pada bagian kulit yang tebal dan hindari terkena tulang atau organ bagian dalam tubuh yang fital ( dengan kata lain hanya menembus kulit dan daging saja).
5. Usahakan ketika menusuk dengan kecepatan yang tinggi untuk meminimalisir rasa sakit (jika sudah sering melakukannya, terbiasa dan berpengalaman menusukkannya bisa saja dengan gerakan lambat).
6. Ketika kulit sudah tertembus yakinlah bahwa rasa sakit pada saat kulit sudah tertembus tidaklah sesakit ketika baru ditusukkan ( persamaan yang mudah adalah pada saat kita melakukan donor darah, ketika jarum masuk ke dalam kulit rasanya akan sakit. Namun ketika jarum tersebut sudah berasa dalam kulit maka rasanya hanya seperti ketika digigit semut kecil saja).
7. Ketika akan menarik kembali jarum atau kawat yang menembus kulit kita, tariklah dengan secepat mungkin untuk meminimalisir rasa sakit.
8. Bersihkan dan obati luka dengan mengusapnya dengan alkohol atau memberi antiseptik untuk mencegah infeksi.
FOOTNOTE
[1]
Auto-sugesti adalah suatu upaya untuk membimbing diri pribadi melalui
proses pengulangan suatu rangkaian ucapan rahasia kepada diri sendiri
yang menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan.
[2]
Dalam hal ini bisa berupa mantra-mantra yang diucapkan pemain debus.
Namun mantra yang diucapkan kebanyakan mengandung unsur syirik dan
bid’ah. Maka bagi kita yang berakidah tauhid, ucapan yang aman adalah
ucapan yang membangkitkan rasa percaya diri seperti “Saya pasti mampu
melakukannya dengan izin Allah”
[3]
Bentuk sugesti yang terbentuk pada diri mereka adalah sugesti bersifat
religius, di mana mereka yakin prosesi melukai diri sendiri yang
dilakukan merupakan bentuk cinta terhadap “keyakinan religi”.
[1]

[2]

[3]

sumber " http://metafisis.wordpress.com
No comments:
Post a Comment